Friday, December 2, 2016

Pengenalan Batuan Beku

Bagian terluar planet Bumi yaitu kerak bumi tersusun oleh batuan. Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan material yang terbentuk secara alami. Batuan tersusun oleh butiran mineral, material gelasan, material organik yang terubah, atau kombinasi dari komponen-komponen tersebut.

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Proses pembentukan dari ketiga jenis batuan tersebut bisa dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pendinginan dan solidifikasi lelehan batuan baik yang berada di dalam ataupun di permukaan bumi. Lelehan tersebut berasal dari batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan beku biasanya terbentuk di kerak bagian bawah atau di dalam mantel bumi.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batuan yang telah ada sebelumnya yang kemudian mengalami proses pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan, dan litifikasi. Batuan sedimen juga bisa terbentuk sebagai hasil presipitasi mineral dari air secara langsung.

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk ketika batuan yang telah ada sebelumnya terkena proses fisika dan kimia yang ekstrim (misalnya tekanan atau suhu yang tinggi) di dalam bumi sehingga menyebabkan struktur dari batuan tersebut berubah tapi komposisinya sama.

Siklus batuan dan hubungan antar batuan (sumber gambar: media.web.britannica.com)

Konsep dasar tentang perubahan dari ketiga jenis batuan tersebut dalam skala waktu geologi disebut sebagai siklus batuan (rock cycle). Siklus batuan menjelaskan konsep yang disederhanakan tentang bagaimana batuan di kerak bumi mengalami berbagai macam proses mulai dari intrusi batuan beku, kemudian pengangkatan, erosi, transportasi, sedimentasi sehingga memebentuk batuan sedimen, kemudian mengalami metamorfisme, pelelehan kembali dan kembali menjadi batuan beku. 

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa batuan beku terbentuk sebagai hasil dari pendinginan magma secara langsung, pendinginan tersebut akan menghasilkan ciri khas pada batuan beku, yaitu kenampakan interlocking. Interlocking adalah kenampakan kristal-kristal yang saling mengunci, kecuali pada batuan beku yang tersusun oleh mineral gelas.

Berdasarkan pada lokasi pembentukannya, batuan beku dapat terbentuk baik secara intrusif (jauh di bawah permukaan) maupun ekstrusif (dekat dengan permukaan atau di atas permukaan). Kenampakan batuan yang membedakan keduanya adalah pada ukuran dari kristal mineralnya, dimana pada batuan beku yang terbentuk secara intrusif akan cenderung memiliki ukuran kristal mineral yang besar - besar. Sedangkan pada batuan beku yang terbentuk secara ekstrusif akan cenderung memiliki ukuran kristal yang kecil - kecil.


Pembentukan mineral pada batuan beku juga dikontrol oleh deret bowen, dimana mineral - mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral - mineral pada suhu tinggi yang cenderung memiliki komposisi kimia yang bersifat basa, sedangkan mineral - mineral yang terbentuk pada suhu rendah cenderung bersifat asam.


Batuan beku bisa diklasifikasikan berdasarkan parameter fisiknya, antara lain tekstur, struktur, dan komposisi batuan. Berikut merupakan penjelasan dari masing - masing parameternya:

TEKSTUR
Tekstur adalah kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan beku yang dapat digunakan antara lain: ukuran kristal, tingkat kristalinitas, bentuk kristal, dan hubungan antar kristal.

1. Susunan dan ukuran kristal
Berdasarkan dari granularitas dan penyusunnya, batuan beku dapat dibagi lagi menjadi:

Fanerik granular, bila butiran mineral dapat dilihat dengan mata telanjang, dan berukuran seragam.

Afanitik, bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Porfiritik, dibedakan menjadi 2, yaitu:
Faneroporfiritik, bila butiran-butiran mineral yang besar (mineral sulung atau fenokris) dikelilingi oleh mineral-mineral yang berukuran butir lebih kecil (masa dasar) yang dapat dikenal dengan mata telanjang. (ukuran butir)

Porfiroafanitik, bila butiran-butiran mineral sulung (fenokris) dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik. (ukuran butir)

Gelasan (glassy), bila batuan beku semata-mata terusun oleh mineral gelas.


Fragmental, bila batuan beku tersusun oleh fragmen-fragmen batuan beku hasil letusan (erupsi) gunung api.

Untuk mineral yang tersusun oleh mineral kristalin, deskripsi tekstur batuan beku bisa dilengkapi lagi dengan ukuran kristalnya, ukuran kristal dalam klasifikasi batuan beku bisa dibedakan menjadi:
 Kristal halus, jika ukuran kristal < 1 mm
- Kristal sedang, jika berukuran 1-5 mm
- Kristal kasar, jika memiliki ukuran 5-30 mm
- Kristal sangat kasar, jika ukurannya > 30 mm

2. Tingkat kristalinitas
Berdasarkan tingkat kristalinitasnya, tekstur batuan beku dapat dibagi menjadi:
Holokristalin, jika seluruhnya terusun oleh kristal

- Holohyalin, jika seluruhnya terususun oleh gelasan

- Hypokristalin, jika sebagian tersusun oleh kristal dan sebagian lagi oleh gelasan, biasanya lebih jelas diamati di dalam sayatan tipis.

3. Bentuk kristal
Berdasarkan bentuk kristal, tekstur batuan beku dapat dibagi menjadi:
 Euhedral, jika kristal memiliki batas-batas kristal yang baik  dan jelas
- Subhedral, jika kristal memiliki batas-batas kristal yang cukup baik
- Anhedral, jika kristal memiliki batas-batas kristal yang buruk

4. Hubungan antar kristal
Berdasarkan hubungan antar kristal, tekstur batuan beku dapat dibagi menjadi:
 Idimorfik granular, jika batuan didominasi oleh kristal-kristal euhedral
- Hipidiomorfik granular, jika batuan didominasi oleh kristal-kristal subhedral
- Allotriomorfik/Xenomorfik, jika batuan didominasi oleh kristal-kristal anhedral


Struktur Batuan Beku
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda. Macam-macam struktur batuan beku diantaranya:
1.  Masif, bila batuan pejar, tanpa retakan maupun lubang-lubang gas.

2. Jointing, bila batuan nampak mempunyai retakan-retakan. Kenampakan retakan akan sangat jelas apabila dilihat di lapangan, untuk deskripsi di contoh setangan di laboratorium, struktur ini tidak perlu dideskripsikan.

3. Vesikular, bila batuan mempunai lubang-lubang gas. Bila lubang-lubang gas sangat banyak, maka disebut:
a. Skorian (scoriaceous), bila lubang banyak dan tidak saling berhubungan, umumnya dijumpai pada batuan beku basa.

b. Pumisan (pumiceous), bila lubang-lubang sangat banak dan saling berhubungan, umumnya dijumpai pada batuan beku asam..

4. Aliran (flow), bila ada kesan orientasi sejajar, baik oleh kristal-kristal maupun oleh lubang-lubang gas.

5. Amigdaloidal, bila lubang-lubang gas pada batuan beku terisi oleh mineral-mineral sekunder (mineral yang terbentuk setelah pembekuan magma).

6. Pillow lava, merupakan struktur yang terbentuk akibat dari lava hasil erupsi gunung api yang langsung kontak dengan air/fluida sehingga menyebabkan pembentukan mineral tidak terbentuk dengan baik dan membentuk menyerupai bentuk bantal sehingga dikatakan lava bantal.

Komposisi Batuan Beku
Mineral-mineral pembentuk batuan beku pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

Mineral asam (felsik): mineral yang tersusun dari unsur silika dan alumina, biasanya berwarna cerah (kecuali plagioklas Ca yang berwarna gelap), contohnya:
      Kuarsa, ciri fisiknya: Jernih, putih susu seperti gelas, tanpa belahan
      Muskovit, ciri fisik: Jernih sampai coklat pucat, tampak sebagai lembaran-lembaran
      Orthoklas, ciri fisik: Putih sampai merah daging, belahan dua arah tegak lurus
      Plagioklas, ciri fisik: Putih abu-abu (Na), abu-abu gelap (Ca), terdapat striasi pada bidang belahan

Mineral basa (mafik): mineral yang tersusun oleh unsur besi, magnesium, dan kalsium, berwarna gelap, contohnya:
      olivine, ciri fisiknya: Kuning kehijauan, kristal berbutir seperti gula pasir
      piroksen, ciri fisiknya: Hijau tua, hitam suram, prismatik pendek, belahan 2 arah tegak lurus
      hornblende, ciri fisiknya: Hitam mengkilat, prismatik panjang, belahan 2 arah membentuk sudut 60-                    120 derajat
   biotit, ciri fisiknya: Hitam, kecoklatan, tampak sebagai lembaran-lembaran


Klasfikasi Batuan Beku
Klasifikasi batuan beku ada bermacam-macam, berdasarkan sifat kimianya dan tekstur batuannya.

1.        Berdasarkan sifat-sifat kimianya, batuan beku bisa dibedakan mejadi:
a. Batuan beku asam (felsic): bila terutama tersusun oleh mineral-mineral asam, biasanya berwarna cerah, putih sampai abu. Termasuk didalamnya kelompok Granit – Riolit.
b. Batuan beku sedang (intermediete): bila tersusun oleh mineral-mineral antara asam dan basa, dan biasanya berwarna agak gelap sampai kehitaman. Termasuk didalamnya adalah kelompok Diorit-Andesit.
c. Batuan beku basa (mafic): bila tersusun oleh mineral-mienral basa, biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam. Termasuk didalamnya adalah kelompok Gabro-Basalt.
d. Batuan beku ultra basa (ultramafic): bila tersusun oleh mineral-mineral yang sangat basa, biasana berwarna hijau sampai hijau kehitaman. Termasuk didalamnya adalah batuan ultrabasa seperti Dunit dan Peridotit.

2.        Berdasarkan teksturnya, batuan beku bisa dibedakan menjadi:
a. Fanerik granular, contoh batuan: kelompok Granit-Gabro
b. Forfiritik, contoh batuan: granit porfiri, granit porfiri
c. Afanitik, contoh batuan: kelompok ryolit-basalt
d. Gelasan, contoh batuan: obsidian
e. Fragmental, contoh batuan: aglomerat, tuff

3.        Berdasarkan komposisi mineralnya, batuan beku bisa dibedakan menjadi:
a. Kelompok Granit-Riolit, terutama tersusun oeh mineral-mineral: kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang-kadang ada hornblenda, biotit, dan muscovit.
b. Kelompok Diorit-Andesit, terutama tersusun oleh mineral-mineral plagioklas, hornnblenda, mineral-mineral lainnya yang mungkin adalah kuarsa, biotit, piroksen, dan ortoklas.
c. Kelompok Gabro-Basalt, terusun oleh olivin, plagioklas Ca, piroksen, dan mineral yang mungkin adalah hornblende.
d. Kelompok ultrabasa, terutama terusun oleh olivin, mineral-mineral lainnya yang mungkin adalah plagioklas dan piroksen.

Tabel klasifikasi batuan beku berdasarkan sifat kimianya

Pengenalan Mineral Penyusun Batuan

Geologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai bumi, termasuk material penyusunnya beserta proses - proses yang terjadi di dalamnya. Material penyusun bumi terdiri dari mineral, batuan, air, dan tanah. Dalam pembahasan kali ini akan dibahas mengenai mineral, dimana mineral merupakan material yang menyusun batuan - batuan yang terdapat di bumi, baik itu batuan beku, batuan metamorf, ataupun batuan sedimen. Dalam pengertiannya, mineral merupakan senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki sifat dan komposisi kimia tertentu, mempunyai sifat fisik tertentu, bersifat padat, mempunyai struktur dalam yang teratur, serta berbentuk kristal.

Hingga saat ini, lebih dari 4000 jenis mineral yang telah berhasil diidentifikasi oleh ahli mineralogi di berbagai belahan dunia. Dari sekian banyak jenis mineral - mineral tersebut, terdapat mineral utama yang membentuk batuan di permukaan bumi yang dikenal sebagai mineral pembentuk batuan atau dengan istilah rock forming minerals (RFM).

Berdasarkan pada komposisi kimianya, mineral dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, diantaranya adalah :

Kelompok mineral
Contoh mineral
Silikat
Ferromagnesian (kaya Fe dan Mg): olivin, piroksen (augit), amfibol (hornblende), garnet.
Nonferromagnesian (miskin Fe dan Mg): kuarsa (SiO4), feldspar ortoklas (KAlSi3O8), feldspar plagioklas, mika (muskovit, biotit), klorit, talk, kaolin
Oksida
Hematit, magnetit, limonit
Sulfida
Pirit, kalkopirit (CuFeS2), galena, spalerit
Sulfat
Gipsum, anhidrit
Halida
Halit (NaCl), fluorit (CaF2)
Karbonat
Kalsit (CaCO3), dolomit
Native elements
grafit (C), emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu), intan (C)

Untuk dapat membedakan jenis - jenis mineral yang terdapat di bumi, maka mineral - mineral tersebut dapat dibedakan bersadarkan sifat fisiknya yang ditentukan oleh komposisi dan sistem kristalnya. Selain itu dapat pula dibedakan dengan menggunakan suatu alat untuk mengetahui suatu mineral tertentu yang sulit untuk dibedakan berdasarkan pada identifikasi fisik mineralnya, yaitu dengan menggunakan XRD (X-Ray Diffraction), XRF (X-Ray Flourescence).

Pengujian sifat fisik mineral secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan alat alat sederhana dan tanpa biaya yang cukup mahal. Sifat - sifat fisik yang dimaksudkan antara lain adalah :

1. Kilat
Merupakan kenampakan dari suatu mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilat pada mineral dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Kilat logam (metallic luster)
Apabila mineral tersebut memiliki kilapan menyerupai logam. Contoh mineral yang memiliki kilat logam antara lain adalah pirit, galena, magnetit, dll.
Kilap logam pada pyrite (sumber gambar : http://www.minerals.net/Image/1/107/Pyrite.aspx)

b. Kilat non-logam (non-metallic luster)
Kilat non logam sendiri dapat terbagi ke dalam beberapa golongan, yaitu :

- Kilat intan (adamantin luster), kilat yang cemerlang menyerupai intan, contohnya pada intan.
Kilap intan pada diamond (sumber gambar: http://geology.com/minerals/diamond.shtml)

- Kilat kaca (vitreous luster), kilat yang menyerupai kaca, contohnya pada kuarsa, muskovit, kalsit.
Kilap kaca pada kuarsa (sumber gambar: http://geology.com/minerals/quartz.shtml)

- Kilat sutera (silky luster), kilat yang mempunyai struktur menyerupai serat, contohnya pada asbes, aktinolit, dan gipsum.
Kilap sutera pada gipsum (sumber gambar: http://geology.com/minerals/gypsum.shtml)

- Kilat damar (resinous luster), kilat yang menyerupai damar/getah, contohnya pada sphalerit.
Kilap damar pada sphalerit (sumber gambar: http://geology.com/minerals/sphalerite.shtml)

- Kilat mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, contohnya pada serpentin, opal, dan nepheline.
kilap mutiara pada serpentin (sumber gambar : http://geology.com/minerals/serpentine.shtml)

- Kilat tanah (earthy luster), kilat seperti tanah/lempung, contohnya pada kaolin, bauksit, dan limonit.
Kilap tanah pada limonit (sumber gambar: http://geology.com/minerals/limonite.shtml)

2. Warna
Warna merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral, hal tersebut dikarenakan satu mineral dapat memiliki warna yang beragam atau lebih dari satu warna, tergantung pada keanekaragaman komposisi kimia dan adanya zat pengotornya. Misalnya pada kuarsa, mineral tersebut dapat berwarna putih susu, ungu, cokelat kehitaman, atau bahkan bening/tidak berwarna. Meskipun demikian, terdapat beberapa mineral yang memiliki warna yang khas dan dapat digunakan dalam membantu identifikasi mineral.

Warna
Mineral
Putih
Kaolin, gipsum
Kuning
Belerang
Kuning emas
Pirit, kalkopirit
Hijau
Klorit, malasit
Biru
Azurit, beril
Merah
Jasper, hematit
Coklat
Biotit, garnet
Abu-abu
Galena
Hitam
Grafit, augit


3. Kekerasan (hardness)
Merupakan ukuran dari seberapa tahan mineral terhadap goresan. Mineral yang mempunyai kekerasan lebih kecil dari suatu alat uji, maka akan meninggalkan bekas goresan pada mineral tersebut. Skala kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jerman dan dikenal dengan skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral yang terlunak dan skala 10 untuk mineral terkeras.

Skala kekerasan Mohs
 Contoh mineral
Alat uji kekerasan sederhana

1
Talk


2
Gipsum


3
Kalsit
Uang koin (H = 3)
Kuku jari (H = 2,5)

4
Fluorit


5
Apatit
Pisau (H = 5 - 5,5)

6
Orthoklas
Pecahan kaca jendela (H = 5,5)

7
Kuarsa
Kikir baja (H = 6,5 – 7)

8
Topas
Amplas (H = 8)

9
Korundum


10
Intan


H: skala kekerasan Mohs

4. Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Cerat dapat diamati dengan cara menggoreskan mineral pada bagian kasar kepingan porselin atau menumbuk mineral dan mengamati warna dari serbuk yang dihasilkan. Warna cerat belum tentu sama dengan warna asli mineral. Warna cerat pada mineral-mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineral tersebut bermacam-macam, contohnya hematit. Hematit ketika diamati kadang berwarna hitam, kadang berwarna merah coklat, namun cerat dari hematit selalu berwarna merah coklat.

Streak Colors of Common Minerals

AndalusiteWhite or colorless (hardness is about the same as the streak plate).
AnhydriteWhite.
ApatiteWhite.
ArsenopyriteDark grayish black.
AugiteWhite to greenish gray. Augite can be splintery and close to the hardness of the streak plate, so brittle fragments, rather than a powder, will sometimes be produced.
AzuriteLight blue.
BariteWhite.
BauxiteWhite. Often discolored to pink, brown, or red by iron staining.
BenitoiteWhite.
BerylColorless (harder than the streak plate).
BiotiteWhite to gray (don't be deceived by flakes).
BorniteGrayish black.
CalciteWhite.
CassiteriteColorless.
ChalcociteGrayish black.
ChalcopyriteGreenish black.
ChloriteGreenish to greenish-black to white.
ChromiteDark brown.
ChrysoberylColorless (harder than the streak plate).
CinnabarRed.
ClinozoisiteWhite.
CopperMetallic copper red.
CordieriteColorless (harder than the streak plate).
CorundumColorless (harder than the streak plate).
CupriteBrownish red.
DiamondColorless (harder than the streak plate).
DiopsideWhite to light green.
DolomiteWhite.
EnstatiteWhite to gray.
EpidoteWhite or colorless (about the same hardness as the streak plate).
FluoriteWhite.
FuchsiteWhite (often sheds tiny green mica flakes).
GalenaLead gray to black.
GarnetColorless (harder than the streak plate).
GlauconiteDull green.
GoldMetallic gold yellow.
GraphiteBlack.
GypsumWhite.
HaliteWhite.
HematiteRed to reddish brown.
HornblendeWhite. Brittle, often leaves black cleavage debris behind instead of a streak.
IlmeniteBlack.
JadeiteColorless (harder than the streak plate).
KyaniteWhite or colorless (about the same hardness as the streak plate in one direction).
LimoniteYellowish brown.
MagnesiteWhite.
MagnetiteBlack.
MalachiteGreen.
MarcasiteGrayish Black.
MolybdeniteBluish gray, grayish black.
MonaziteWhite.
MuscoviteWhite, often sheds tiny cleavage flakes.
NephelineWhite.
NephriteColorless (harder than the streak plate).
OlivineWhite or colorless (about the same hardness as the streak plate). Often sheds tiny granules instead of a powder.
OrthoclaseWhite.
PlagioclaseWhite.
PrehniteWhite.
PyriteGreenish black to brownish black.
PyrophylliteWhite.
PyrrhotiteGrayish black.
QuartzColorless (harder than the streak plate).
RhodochrositeWhite.
RhodoniteWhite.
RutilePale brown.
ScapoliteWhite.
SerpentineWhite.
SideriteWhite, very light brown.
SillimaniteWhite or colorless (about the same hardness as the streak plate).
SilverSilvery white.
SodaliteWhite or light blue.
SphaleriteWhite to yellowish brown, often with an odor of sulfur.
SpinelColorless (harder than the streak plate).
SpodumeneWhite or colorless (about the same hardness as the streak plate).
StauroliteColorless (harder than the streak plate).
SulfurYellow.
SylviteWhite.
TalcWhite to pale green.
TitaniteWhite.
TopazColorless (harder than the streak plate).
TourmalineColorless (harder than the streak plate). Specimens often fracture, shedding small particles.
TurquoiseWhite, greenish, bluish.
UraniniteBrownish black, grayish.
WitheriteWhite.
WollastoniteWhite.
ZirconColorless (harder than the streak plate).
ZoisiteWhite.
(Sumber: http://geology.com/minerals/streak-test.shtml)

5. Belahan (cleavage)
Belahan adalah kecenderungan mineral untuk membelah pada satu atau lebih arah tertentu ketika menerima tekanan dari luar. Belahan terbentuk mengikuti ikatan atom yang paling lemah pada suatu mineral. Kenampakan belahan pada mineral dicirikan dengan permukaan yang halus dan rata pada bidang belahannya. Untuk menguji belahan mineral di lapangan bisa dilakukan dengan pemukulan dengan palu, mineral dikatakan memiliki belahan jika mineral yang kita pukul tidak hancur, tetapi terbelah-belah dengan bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifat ini, sehingga berdasarkan mudah/tidaknya terbelah mineral bisa dikategorikan dengan menggunakan istilah mudah terbelah, sukar dibelah atau tidak dapat dibelah.

Jumlah belahan pada mineral bervariasi (satu sampai enam). Faktor yang mempengaruhi jumlah dan tipe belahan pada mineral adalah ikatan atom di dalam struktur kristal, apakah seragam atau tidak. Jika terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang tersebut. Contoh mineral yang mudah membelah yaitu mineral kalsit yang mempunyai tiga arah, sedangkan contoh mineral yang tidak memiliki belahan contohnya kuarsa.
Contoh belahan dan mineralnya


6. Pecahan
Pecahan berbeda dengan belahan, pecahan terbentuk ketika mineral ditekan dan tidak ada lagi bidang belahan yang bisa mengakomodasi tekanan tersebut, maka mineral akan pecah dengan bentuk yang tidak teratur. Bentuk pecahan dari mineral bisa digunakan untuk mengenal mineral karena mineral-mineral tertentu bisa dikenali dengan bentuk pecahannya yang khas. Jenis pecahan pada mineral ada beberapa macam, yaitu:
a. Concoidal: pecahan mineral memperlihatkan gelombang yang melengkung dipermukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh mineral : kuarsa.
b. Splintery/fibrous: pecahan menunjukkan gejala seperti serat, contohnya pada asbestos, augit, hipersten.
c. Even: pecahan menunjukkan bidang pecahan yang halus, contohnya pada kelompok mineral lempung, seperti limonit.
d. Uneven: pecahan memperlihatkan permukaan bidang pecahan yang kasar, tidak rata, contoh : magnetit, hematit, kalkopirit, garnet.
e. Hackly: pecahan menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-runcing, contoh pada native elemen : perak dan emas.

7. Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal yaitu mempunyai bentuk yang teratur dan khas yang dikendalikan oleh sistem kristalnya, Mineral seperti ini yang disebut dengan mineral kristalin. Namun pada beberapa mineral ada pula yang tidak memiliki bentuk kristal yang disebut dengan mineral amorf.



8. Berat jenis
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat dan volume mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis adalah dengan cara menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi di dalam air, misalnya didapatkan beratnya y gram. Berat yang dihitung dalam air adalah berat mineral dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut berdasarkan rumus berikut:

Berat jenis = massa mineral / volume mineral

9. Sifat dalam
Sifat dalam adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan, atau mengiris mineral tersebut. Yang termasuk dalam sifat dalam ini adalah :
- Rapuh (brittle): mineral mudah hancur tetapi dapat dipotong-potong, contoh: kuarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
- Mudah ditempa: Sifat mineral yang dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga, perak.
- Fleksible: sifat mineral yang berupa lapisan tipis dan dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali lagi seperti keadaan semula, contoh: talk, selenit.
- Elastik: sifat mineral berupa lapisan tipis yang dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita hentikan tekanannya, contoh: muskovit.

10. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet, mudah dilakukan dengan mendekatkan magnet kepada mineral. Mineral dikatakan memiliki sifat feromagnetik apabila mineral tersebut mudah tertarik oleh gaya magnet, contohnya mineral magnetit dan phirhotit. Sebaliknya, mineral yang menolak gaya magnet dengan kuat disebut memiliki sifat diamagnetik sedangkan mineral yang tertarik oleh gaya magnet tetapi lemah disebut memiliki sifat paramagnetik.

Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak, kita dapat menggantungkan magnet pada seutas tali/benang, kemudian dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati mineral berarti mineral tersebut bersifat magnetik.  Kuat tidaknya tarikan magnet bisa kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat benang tersebut dengan garis vertikal.

11. Rasa
Ada beberapa waktu tertentu, seorang ahli geologi menggunakan rasa untuk mendeskripsi mineral. Rasa juga merupakan sifat kimiawi yang disebabkan oleh adanya kandungan elemen tertentu. Contoh paling umum adalah halite. Halite memiliki rasa asin yang diakibatkan adanya ion klorida (Cl-). Di dalam praktikum ini, dan dimana saja, menggunakan rasa tidak dianjurkan dilakukan dalam melakukan deskripsi. Merasakan mineral hanya boleh dilakukan setelah analisis mengerucut pada kemungkinan mineral tertentu saja, karena beberapa mineral memiliki rasa yang pahit atau mengandung zat yang beracun bagi tubuh.

12. Bau
Beberapa jenis mineral memiliki bau yang khas sehingga kadang bau juga bisa digunakan untuk mengenali mineral tersebut, contohnya, mineral sulfur dan arsen. Sulfur memiliki bau yang menyengat seperti telur busuk dan arsen memiliki bau seperti bawang.